Sunday, October 5, 2025

ss

Wonder Woman 1984 (2020)

Wonder Woman 1984 (2020)

Hai teman-teman pecinta film! Siapa di sini yang masih ingat euforia menunggu Wonder Woman 1984? Film yang seharusnya menjadi pesta visual dan cerita yang menginspirasi, tapi entah kenapa, setelah ditonton, rasanya campur aduk. Mari kita bedah film ini lebih dalam, apa yang berhasil, dan apa yang bikin kita garuk-garuk kepala.

Wonder Woman 1984: Antara Nostalgia dan Realita

Premis film ini sebenarnya menarik: Wonder Woman berlatar di tahun 1984, era yang penuh warna, musik synth-pop, dan segala keglamorannya. Kita diajak bernostalgia dengan fesyen yang ikonik, gaya rambut yang cetar membahana, dan tentu saja, semangat optimisme yang seolah tak terbatas. Setting ini menjanjikan kombinasi aksi superhero dengan sentuhan komedi dan drama yang ringan.

Namun, di sinilah masalahnya mulai muncul. Walaupun visualnya memanjakan mata dengan warna-warna cerah dan efek khusus yang lumayan, cerita yang disajikan terasa kurang greget. Alur cerita berpusat pada "Dreamstone," sebuah artefak kuno yang bisa mengabulkan permintaan siapa saja. Tentu saja, kekuatan ini jatuh ke tangan yang salah, yaitu Maxwell Lord, seorang pengusaha yang haus kekuasaan dan popularitas. Di sisi lain, kita juga melihat kembalinya Steve Trevor, kekasih Wonder Woman yang sudah lama tiada. Bagaimana dia kembali? Ya, Dreamstone lagi.

Kembalinya Steve Trevor memang menjadi momen emosional, tapi cara penceritaannya terasa kurang meyakinkan. Chemistry antara Gal Gadot dan Chris Pine tetap terjaga, tetapi konflik yang dihadapi terasa dipaksakan. Kita melihat bagaimana Wonder Woman harus memilih antara cinta sejatinya dan menyelamatkan dunia, sebuah dilema klasik yang seharusnya bisa dieksplorasi lebih dalam. Sayangnya, eksekusinya terasa terburu-buru dan kurang emosi.

Karakter yang Kurang Tergali

Maxwell Lord, sebagai antagonis utama, diperankan dengan baik oleh Pedro Pascal. Dia berhasil menampilkan sosok yang karismatik namun juga putus asa. Kita bisa merasakan ambisinya yang membara dan keinginannya untuk menjadi seseorang yang penting. Namun, motivasinya terasa dangkal. Mengapa dia begitu terobsesi dengan kekuasaan? Apa yang membuatnya menjadi seperti itu? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dijawab dengan memuaskan.

Begitu juga dengan Barbara Minerva, atau Cheetah, yang diperankan oleh Kristen Wiig. Transformasinya dari seorang ilmuwan kikuk menjadi sosok yang buas dan berbahaya seharusnya menjadi salah satu poin penting dalam film ini. Sayangnya, perkembangan karakternya terasa terlalu cepat dan kurang logis. Kita tidak melihat cukup alasan mengapa dia begitu membenci Wonder Woman dan mengapa dia begitu mudah terpengaruh oleh Dreamstone.

Aksi yang Kurang Memuaskan

Sebagai film superhero, Wonder Woman 1984 seharusnya menyajikan adegan aksi yang memukau dan menegangkan. Namun, banyak adegan aksi yang terasa kurang greget dan terlalu bergantung pada efek visual. Pertarungan antara Wonder Woman dan Cheetah di akhir film, yang seharusnya menjadi klimaks yang epik, justru terasa mengecewakan. Koreografinya kurang menarik dan efek visualnya terlihat kurang halus.

Selain itu, ada beberapa adegan yang terasa tidak masuk akal. Misalnya, adegan di mana Wonder Woman terbang menggunakan petir. Walaupun terlihat keren secara visual, adegan ini terasa terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan karakter Wonder Woman yang kita kenal.

Pesan Moral yang Kurang Jelas

Film ini mencoba menyampaikan pesan tentang bahaya keserakahan dan pentingnya kejujuran. Namun, pesan ini terasa kurang jelas dan kurang mendalam. Kita tidak melihat konsekuensi nyata dari tindakan Maxwell Lord dan Barbara Minerva. Mereka seolah-olah hanya mendapatkan hukuman ringan atas kesalahan yang telah mereka perbuat.

Selain itu, film ini juga mencoba mengangkat tema tentang pentingnya melepaskan apa yang kita inginkan demi kebaikan yang lebih besar. Wonder Woman harus melepaskan Steve Trevor agar bisa menyelamatkan dunia. Namun, pesan ini terasa kurang emosional karena kembalinya Steve Trevor sendiri sudah terasa dipaksakan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Wonder Woman 1984 memiliki potensi yang besar, tetapi sayangnya gagal dieksekusi dengan baik. Film ini memiliki visual yang memanjakan mata, tetapi cerita yang disajikan kurang greget. Karakter-karakternya kurang tergali dan adegan aksinya kurang memuaskan. Pesan moral yang ingin disampaikan juga kurang jelas. Walaupun begitu, film ini masih layak ditonton jika Anda adalah penggemar Wonder Woman atau ingin bernostalgia dengan era 1984.

Namun, jangan berharap terlalu banyak. Anggap saja film ini sebagai hiburan ringan yang tidak perlu dipikirkan terlalu dalam.

Secara keseluruhan, saya memberikan skor 6/10 untuk Wonder Woman 1984.

Tertarik untuk menonton film lainnya? Jangan lewatkan kesempatan untuk menonton film favoritmu secara gratis!

Watch movies for free here : https://21.expertways.biz.id/

Subscribe to get more videos :